Terima kasih, Tuhan telah mematahkan hati saya

Hai jajaran jombloers yang baru saja mengakhir hubungan.

Bagaimana pun, patah hati emang engga enak ya. Tapi percayalah, itu tidak seburuk yang kamu pikirkan bahkan dibayangkan. Awalnya memang agak berat, karena masih ada banyak cerita masa lalu yang masih dibenakmu. Masih ada banyak pula cerita indah yang pernah kalian lalui. Tapi percayalah, keputusan untuk mengakhiri hubungan sebelum kejenjang pernikahan, tidak seburuk itu.

Well, kenapa saya akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan pasangan saya?
Ceritanya....
Panjang...
Sekali....

Tapi secara singkat, saya akan meringkas.
Kami memutuskan berkomitmen sejak Mei 2016. Semula berjalan baik. Sangat baik. Belum ada setengah tahun, saya diperkenalkan kepada keluarganya. Belum ada setahun, saya sudah bertemu dengan keluarga besarnya. Meski kami belum memutuskan untuk segera menikah. Tapi saya bahagia. Karena doa untuk kami menyegerakan hubungan ke arah serius selalu ada.

Masalah datang pada November 2016.
Kami semakin sering bertengkar. Saya mulai menjadi seorang pencemburu hebat. Saya menjadi posesif. Saya menjadi protektif. Dia mulai tidak nyaman dengan saya.

Sejak saat itu, kami sering bertengkar.

Saya mencoba untuk renungkan masalah yang saya hadapi. Apa yang menyebabkan saya harus bersikap demikian kepada pasangan saya. Ternyata jawabannya satu, kepercayaan saya kepadanya sudah tidak ada.

4K pilar dalam hubungan diantaranya; Komunikasi, Keterbukaan, Kepercayaan dan Kejujuran.
Tapi kepercayaan saya mulai hilang, disusul oleh kejujuran dan keterbukaan serta komunikasi kami yang semakin memburuk.

Percayalah...
Kami bukan tipikal pasangan yang tidak suka diskusi. Kami berusaha menyelesaikan masalah dengan sebaik-baiknya. Tapi apa daya, saya menyerah.

Tapi tahukah kamu bahwa penyebabnya siapa?

Penyebab hubungan kami berpisah karena Tuhan telah mematahkan hati saya.

Saya terlalu berharap kepadanya sampai lupa bagaimana caranya berdoa kepada Tuhan. Saya lupa bagaimana meminta kepada Tuhan agar menyatukan kami selalu dan selamanya. Tapi tak masalah, Tuhan tahu apa yang terbaik bagi hamba Nya. Termasuk cara Tuhan mematahkan hati saya.

Lalu, langkah selanjutnya apa?

Bukan menutup hati.
Saya justru sering-sering melakukan meditasi untuk mengatasi kekecewaan saya. Saya berusaha rajin berdoa kepada Tuhan agar memberikan yang terbaik kepada saya. Tentunya, membuka hati kepada orang lain.

Tahukah kamu, ada seseorang yang sedang Tuhan persiapkan untuk mengobati hatimu yang patah dan menjadikan kamu lebih baik dari sebelumnya.

Usia saya sedang menuju pendewasaan dan merencanakan pernikahan agaknya masih lama. Tapi kalau Tuhan memberikan saya kepercayaan untuk melenggang jauh ke arah itu, kenapa tidak?

Setelah melewati masa-masa peralihan dari galau kembali normal. Saya harus sering-sering menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Tujuannya agar kenangan itu nantinya terasa biasa saja.

Apakah sudah berhasil?

Jawabannya, sedang berproses.

Percayalah,
cara Tuhan mematahkan hati kita tidak seburuk itu. Justru Tuhan sangat menyayangimu tanpa kamu sadari.

Terima kasih, telah menjadi cerita dalam hidup saya....
Terima kasih, telah menjadikan saya belajar banyak dari hubungan ini.
Terima kasih, Tuhan telah mematahkan hati saya.

Komentar

Celoteh Paling Populer