Berhenti Mengeluh dan Menyerah

Lama tidak menulis membuat gue rindu sekali. Menginjak semester 7, gue mulai banyak mengalami perubahan dalam fase kehidupan perkuliahan. Kita awali dengan magang. Siapa yang tahu kalau magang gue tertunda?

"Magang gue dipending," begitu kata gue setiap kali gue ditanya, "Lo magang dimana fit?"

Tapi tidak apa-apa, semua bagian dari proses. Yoga dan orang tua gue adalah saksinya bagaimana gue berpindah-pindah dari tempat magang satu ke tempat magang lainnya. Pertama gue diterima magang di Surabaya. Nama medianya IDNTimes. Mereka suka sama karya tulisan gue.

"Tapi saya masih kuliah, Mbak," kata gue melalui telephone seluler saat redaksi menelphone gue.

"Duh, gimana ya Mbak. Saya tertarik sekali dengan tulisan, Mbak. Menarik soalnya. Tapi kami juga tidak punya kontributor di Jakarta. Kalau bisa, Mbak datang ke Surabaya. Kami memang biasa menerima anak magang selama tiga bulan," jelas dari suara disebarang sana yang gue lupa siapa namanya.

Singkat cerita, gue memutuskan untuk melepas tempat magang yang katanya, "sangat tertarik dengan karya tulisan gue itu." Setelah melepas IDNTimes berkat jadwal kuliah gue yang padat. Sebuah Konsultan Media bernama Dinamika Komunika yang berasal dari Bandung kembali menelphone gue. Mereka ingin melakukan wawancara.

"Saya harus datang ke kantor, Mas?" tanya gue

"Iya, Mbak Fitra. Kantor kami di Bandung, Mbak."

"Oh gitu Mas," belum selesai gue ngomong, mas-mas yang gue lupa namanya tiba-tiba membalasnya.

"Kalau Mbak ngga datang wawancara besok ke Kantor, kami dari pihak perusahaan tidak bisa memastikan kapan ada interview lagi, Mbak."

Yasudahlah, gue pun melepas konsultan media itu. Selain karena jadwal interviewnya hari senin jam 9 pagi. Lagi pula, gue mana bisa magang diluar kota seperti itu. Setelah itu, gue sempat fokus ke perkuliahan. Teman gue bernama Yunita mengajak untuk melamar magang di Femina Group. Kami berdua melampirkan CV, Transkrip Nilai dan Portofolio. Antara gue dan Yunita. Gue lebih dulu dipanggil oleh Femina Group.

Siang itu telephone berdering pukul 2 siang. HRD Femina Group telephone gue untuk menanyakan kapan gue siap magang. Lama kami bernegoisasi, percakapan siang itu menggantung gitu saja. Gue masih ingat waktu itu Femina Group telephone gue bulan Agustus. Sayangnya, sampai bulan September gue lost contact dengan pihak Femina Group. Karena gue sudah tidak betah dengan hal yang namanya menunggu tidak pasti. Gue mengajak Yoga untuk menemani gue ke kantor Femina Group.

"Gimana Yang?" tanya Yoga yang menunggu gue di Masjid depan kantor Femina.

"Ngga bisa Yang katanya. Soalnya dia butuh anak magang untuk pegang media sosial gitu kalau ngga salah," jawab gue lesu.

"Yasudah ngga apa-apa. Tetap semangat ya..."

"Terima kasih sayang."

Gue dan Yoga pun melaju dengan pelan menuju pulang.

Tak lama setelah dari Femina Group, seorang teman bernama Keke mengajak gue untuk masuk ke tempat magang yang masih membutuhkan mahasiswa magang. Gue apply di Surya Citra Media, anak perusahaan dari SCTV. Lagi-lagi gue ngga bisa karena jadwal perkuliahan yang padat.

"Kami butuh mahasiswi full time Mbak Fitra," ujar salah seorang dari SCM.

"Iya Mas, gapapa kalau gitu. Saya juga ngga bisa paksa kok."

Gue pun akhirnya hijrah lagi ke Lippo Group. Nama gue masuk lagi ke beritasatu (dot) com. Gue sebenarnya srek dengan tempat magang ini. Sayangnya, jadwal perkuliahan gue padat yaitu senin sampai jumat. Gue hanya punya waktu Selasa, Kamis dan Jumat. Sedangkan tempat magang gue umumnya ingin gue magang sepenuhnya disana.

"Duh, Fitra, saya bingung kalau jadwal kamu padat seperti itu." ujar seorang redaktur

"Ya, gimana ya Pak. Saya cuman ada hari Selasa, Kamis, dan Jumat."

"Saya tidak masalah kamu masuk disini. Welcome banget malah. Tapi kalau kamu tidak bisa full time, paling tidak kamu memang punya waktu yang free. Saya masih bisa bantu Fitra. Sayangnya, jadwal perkuliahan kamu padat sekali."

"Iya, Pak. Tidak apa-apa. Saya mengerti kok."

"Cuman, namamu udah sampai ke Pimred sebagai mahasiswa magang. Dipending dulu tidak apa-apa Fit?"

Gue menghela nafas panjang

"Iya tidak apa-apa kok Pak."

Itulah kisah yang sebenarnya. Sampai yang terakhir ini kalau HRD CNNIndonesia (dot) com dan HRD Majalah Kartini memanggil gue interview. Tapi gue tidak bisa memenuhi panggilannya karena gue lagi mengurusi UTS yang cukup membuat gue frustasi ini. Dan lagi-lagi gue sedang menempuh mata kuliah yang belum selesai di semester ini. Gue tidak mau hal yang sama terjadi lagi. Semua sudah cukup membuat gue untuk belajar dan bersikap dewasa serta bijak dalam menghadapi tantangan baru ini.

"Sayang, mending kamu urusin perkuliahan kamu dulu. Diselesaiin mata kuliahnya. Baru setelah itu kamu magang. Kamu bukan robot yang pagi kuliah malamnya magang. Kamu butuh istirahat." ujar Yoga saat kami sedang berdiskusi.

Tidak hanya Yoga, Ibu gue juga mengatakan hal yang hampir serupa.

"Kalau begitu kamu selesaikan mata kuliahmu dulu di kampus. Ibu yakin kok, kamu tidak ada masalah dengan kemampuanmu, hanya saja jadwal perkuliahan yang padat membuat kamu sulit di mengerti oleh perusahaan tempat magangmu. Kamu harus giat belajar buat mengejar IPK yang bagus. Siapa tau itu tolok ukur kamu buat magang nanti," jelas Ibu kepada gue.

And see?

Gue sekarang benar-benar menikmati masa-masa sebagai mahasiswi semester 7 yang masih belum magang. Satu hal yang harus lo ketahui bahwa belum magang bukan berarti lo tertinggal jauh, lo hanya butuh usaha yang lebih besar untuk bisa mewujudkan itu semua. Kuncinya adalah BERHENTI MENGELUH dan MENYERAH.

Komentar

Celoteh Paling Populer