Hidup Lebih Dari Sekedar Perjalanan
Saat
kau bertanya, kemana arah tujuan hidupmu, maka saat itu pula kau harus
mengetahui betul perjalanan apa yang ingin kau lewati menuju tujuan hidupmu.
Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda-beda. Tapi tidak sedikit
mereka mempunyai tujuan hidup yang sama. Saya menyadari bahwa hidup ini lebih
dari sekedar perjalanan yang panjang. Meski beberapa ahli agama mengatakan
bahwa perjalanan hidup manusia di dunia begitu singkat. Tapi saya merasakan,
hidup ini terkadang terlalu rumit untuk dilalui.

Maka,
sejak saat itu pula, saya bercita-cita menjadi seorang penulis. Tapi perjalanan
menjadi seorang penulis tidak mudah. Halangan saya pertama kali adalah orang
tua saya. Beliau tidak menyukai kegiatan saya yang setiap hari menghabiskan
sekitar dua sampai tiga buku tulis untuk kemudian saya tulis cerita fiksi di
dalamnya. Bahkan puncaknya adalah saat menjelas Ujian Akhir Sekolah (UAS)
tingkat Sekolah Dasar (SD). Pada saat itu, saya tidak belajar untuk UAS tapi
saya menulis apapun yang mau saya tulis. Saya tidak peduli saat itu tentang apa
yang terjadi esok karena saya hanya mengetahui bahwa menulis adalah sahabat
sejati saya. Ia selalu ada disaat saya butuh, kapanpun dan dimanapun.
Bapak
saya marah dan merobek-robek buku tulis yang sudah saya tulis berminggu-minggu
untuk menjadi sebuah karya tulisan cerita fiksi. Saat itu pikiran saya meracau.
Saya marah. Saya benci bapak saya. Bapak saya tidak menghargai jerih payah saya
karena saya sudah menulis berminggu-minggu untuk menghasilkan buku fiksi itu. Saya
sangat kesal. Tapi rasa amarah itu memudar seiring bejalannya waktu. Saya
berhenti menulis sejenak saat saya berusia 12 tahun. Teman-teman SD saya pada
bertanya, “Mengapa kau tidak menulis lagi?” dan jawaban saya pada saat itu
adalah “Saya mau fokus sekolah dulu.”
Kau
tahu bagaimana rasanya teriris pisau? Itulah yang saya rasakan ketika menjawab
itu kepada teman-teman SD saya. Beberapa teman SD saya menyukai hasil karya
saya, tapi hingga saat ini saya tidak tahu apakah itu hanya sekedar bentuk
menghargai saya saja atau memang ia tulus melakukannya.
Saya
mulai memberanikan diri untuk menulis lagi pada 2007 ketika saya baru menginjak
masa kelas 1 SMP. Pertama kalinya saya menulis tentang arti sebuah
persahabatan. Persahabatan yang dikhianati. Hanya karena pada saat itu saya
menyukai kakak kelas saya, kemudian kakak kelas saya memacari teman saya yang
sebenarnya ia itu tahu bahwa saya menyukai kakak kelas saya. Saya baru kali itu
merasakan patah hati karena sebuah persahabatan. Teman saya meminta maaf, tapi
rasa kecewa saya tidak serta menghilang begitu saja. Senyuman dibibir saya
tidak mewakili tulisan yang saya buat untuknya.
Melalui
tulisan saya, teman saya tahu bahwa saya menyukai kakak kelas saya sekaligus
pacar baru teman. Entah bagaimana caranya membendung rasa kecewa pada saat itu.
Saya pun mulai menulis cerita-cerita pendek. Saya sudah mulai jarang menulis
cerita panjang di buku tulis. Saya cenderung menulis sekitar 5 sampai 8 lembar
kerta untuk dijadikan cerita pendek. Kadang saya hanya menulis kurang dari 5
lembar untuk sebuah cerpen.
Kegiatan
itu terus berlanjut hingga pada tahun 2010 saya mulai aktif di blog sebagai
blogger. Saya menulis apa saja yang ingin saya tulis. Karena kegemaran saya
untuk menulis pada 2011 akhir saya menulis sebuah artikel di Kompas MuDa yang
terbit pada hari Jumat, 9 September 2011 di koran harian Kompas. Tulisan itu
saya garap bersama teman-teman se angkatan saya dan kakak kelas saya sewaktu
saya masih duduk di kelas 2 SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) semester ganjil.
Tidak
hanya berhenti sampai disitu, pada tahun 2012 awal saya melalui masa sebagai
pelajar yang melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di sebuah majalah lokal di
Jakarta. Selain sebagai wartawan lepas, saya juga mulai aktif menulis
jurnalistik disana. Sayangnya, saya minim ilmu jurnalistik pada tahun itu, jadi
saya harus bekerja keras untuk bisa menulis berita artikel terutama disebuah
majalah yang berbasis politik, ekonomi, kemanusiaan dan peristiwa tersebut.
Pada saat itu pula, saya mulai banyak menulis lagi dan semakin memiliki
motivator untuk dapat menulis terus. Ditahun berikutnya, saya iseng-iseng
membuat naskah novel fiksi dengan cerita yang dilatar belakangi oleh kisah
nyata saya.
Ceritanya
sangat simple, intinya adalah saya pernah melalui masa dimana saya jatuh cinta
kepada sahabat saya. Kemudian saya dengan percaya dirinya mengirim ke penerbit.
Sekitar tiga bulan naskah saya dapat respon dan ternyata disuruh revisi. Saya
terbahak-bahak sekaligus kecewa. Saya baru menyadari bahwa cerita saya
benar-benar kurang menarik dan saya setuju jika penerbit buku novel fiksi itu
menolak karya saya. Saya saja enggan membacanya lama-lama apalagi editornya.
Lepas
dari bangku SMK, saya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada 2013.
Sejak mengenal jurnalistik saya mulai jatuh cinta. Saya jatuh cinta dengan
dunia wartawan. Dunia yang mengajarkan tentang hidup lebih dari sekedar
perjalanan. Saya bisa menulis apapun yang saya mau karena hidup dari pena dan
kertas. Di perguruan tinggi, saya mengambil jurusan jurnalistik. Orang tua saya
perlahan-lahan mulai menyadari akan kegemaran saya yang selalu menulis. Bapak
saya mulai memaklumi kegiatan saya yang setiap hari pasti menulis baik itu di
buku, kertas ataupun mengetik tulisan di laptop atau di blog. Seperti kegiatan
yang saya lakukan saat ini. Orang tua saya mulai membiarkan saya untuk menulis
berlama-lama.
Bahkan
spesialnya lagi, saya punya waktu yang tidak bisa diganggu oleh siapapun tak
terkecuali orang tua saya ketika saya sedang menulis. Kini saya mulai sering
menulis di blog saya, menulis cerpen, puisi, opini, bahkan naskah novel yang
sedang saya lakukan sebagai proyek utama saya. Ya, saya sedang menulis sebuah
naskah novel (lagi) dan sudah dipublikasikan melalui self publishing. Beberapa teman pembaca begitu antusias dengan
karya saya yang satu itu. Bahkan saya tidak pernah memikirkan sampai sana. Saya
hanya melakukan sebuah sikap dengan memperbaiki yang salah dan belajar lebih
baik lagi. Naskah novel ini nantinya akan saya jadikan trilogy, artinya ada 3
naskah novel yang berkesinambungan. Judul naskah novelnya adalah Setoples
Matahari Jingga.
Naskah
ini saya buat spesial karena bukan hanya pengalaman saya, tapi saya melakukan
riset dan observasi dilapangan untuk membuat novel yang mudah diterima di
kalangan masyarakat. Sejak terbitnya novel ini dalam bentuk digital di Wattpad.
Beberapa rekan saya ingin saya buatkan novel mulai dari biogrofinya hingga
melakukan penelitian kecil pada kawasan goa. Ini adalah berkah, dimana saya
tidak bisa membohongi diri saya sendiri bahwa menulis ada cita-cita yang sudah
tercapai. Saya sangat mensyukuri ini semua. Berkat doa dan restu kedua orang
tua, maka Tuhan memberikan jalan Nya kepada saya.
Hingga
kini, saya pun mulai mengaktifkan diri sebagai penulis lepas meskipun
sebelumnya saya pernah menjadi penulis lepas juga di salah satu media online di
Depok pada akhir 2015 hingga awal 2016. Inilah yang disebut bahwa hidup bukan
sekedar perjalanan. Saya ingin menjadi seseorang yang memberikan manfaat untuk
sekeliling saya terutama kedua orang saya. Satu hal yang ingin saya buktikan
bahwa saya masih memiliki tujuan hidup dan saya kini tahu apa tujuan hidup
saya.
Tujuan
hidup saya tidak rumit seperti perjalanan hidup yang saya lewati saat ini. Saya
hanya ingin orang tua saya bahagia dengan hasil pembuktian yang sudah saya
tekadkan dengan bulat dan matang. Ya, saya ingin menunjukkan kepada orang tua
saya kalau cita-cita saya akan membuahkan hasil dan membanggakan kedua orang
tua saya. Perlu disadari, menjadi seorang penulis bukan hanya pandai merangkai
diksi dan pintar mengatur paragraf serta alur cerita. Bukan hanya menulis
dengan pena di atas kertas. Lebih dari sekedar itu. Menjadi seorang penulis
adalah perjalanan hidup yang harus dibuktikan dan menjadi manfaat untuk semua
kalangan tak terkecuali rakyat kecil seperti saya dan pemimpin besar di negeri
ini.
Terima
kasih Tuhan,
Engkau
memberikan aku jalan yang tidak mudah,
Tapi
Kau selalu tahu apa yang aku butuhkan,
Bukan
sekedar apa yang aku inginkan.
Kalideres, 20/4/2016
Komentar
Posting Komentar