KOK BETAH SENDIRI

HAI…
Kali ini saya mau sedikit menuangkan curahan hati (curhat) disini. Mungkin kamu bosan mendengar curhat tentang kisah asmara seseorang.
            “Halah… curhatnya pasti tentang disakitin sama pasangannya.” Atau mungkin di antara kamu pernah juga celetuk gini, “Yaelah, palingan curhatnya tentang gebetannya udah di rebut sama sahabat (atau teman) sendiri.” Ya, paling pahit sih kalau omongannya gini, “Udah deh, kenapa ngarep terus sih? Emangnya engga capek?? Suka sama orang tapi ujung-ujungnya masih jomblo juga.”
            Itu tanggapan relative menurut saya. Semua orang pasti pernah mengalami masa-masa ‘sendiri’. Paling tidak normalnya minimal 3-6 bulan. Setelah itu, pasti sudah ada yang mengantre. Tapi bagaimana dengan temanmu yang lama ‘sendiri’? misalnya, paling tidak sudah 2-3 tahun dia ‘sendiri’. Kembali kepada jawaban masing-masing setiap individu. Sama seperti saya, yang akan punya tanggapan beda jika di tanya “sudah berapa lama ‘menyendiri’?” dengan gaya santai saya menjawab, “Baru tiga tahun.”
            Mungkin sekitar hampir tiga tahun setelah saya putus dengan mantan terindah saya pada November 2011. Kenapa mantan terindah? Itu ungkapan dari saya sendiri aja sih. Tapi mungkin salah satunya karena dia satu-satunya laki-laki yang pernah menjalani hubungan dengan saya dan berjalan selama setahun lebih. Pernah ada seorang teman yang bertanya, “Aduh, sayang banget udah setahun terus putus?”. Jawaban saya simple, “kami sudah tidak sejalan.” Tapi kembali lagi kepada pribadi masing-masing. Saya masih dapat menjumpai teman yang betah sama pasangannya walaupun pasangannya sudah berkali-kali menyakiti. Kamu tau alasannya apa? “Duh, masih sayang sama dia.” Wajar ya jawaban kayak gitu? Gimana kalau alasannya begini, “Duh, udah tiga tahun pacaran. Sayang kalau putus.” APA??? Kamu gila ya mempertahankan pasangan kamu hanya karena rentan waktu yang sudah terlalu lama. Bukan hanya teman saya yang mengalami hal seperti ini, mungkin kamu pernah mengalaminya? Dan biasanya yang mengalami ini adalah perempuan-perempuan yang belum ketemu pasangan yang cocok dengannya. Bagaimana jika jawabannya,”Sudah bertemu sih tapi belum bisa meninggalkan yang lama.” Sekarang kalau pertanyannya gini, “Siapa yang menuntunmu untuk menerima dia mengisi ruang kosong dihatimu?” lalu pertanyaan selanjutnya gini, “lalu siapa yang menuntunmu untuk mempertahankan dia meskipun dia terus menyakitimu?” dan pertanyaan terakhir, “Dan siapa yang menuntunmu untuk tidak bisa menggantikan dia dihatimu?” Dari ketiga pertanyaan itu jawabannya sama kok, ialah DIRIMU SENDIRI.
            Kembali lagi kepada mantan terindah saya. perjalanan cinta kami sangat simple. Tahun 2009 dia menembak saya. sayangnya, saya pada saat itu masih menjalani hubungan dengan laki-laki lain. Tahun 2010 dia kembali mengatakan cintanya dan saya baru menerimanya. Saya mungkin sudah menyimpan perasaan lama sejak 2009, hanya saja keadaan membuat saya utk tidak menerimanya lebih dari seorang sahabat. Dan kami pernah break selama 5 bulan lamanya. Tanpa komunikasi sama sekali. Alasannya simple, “saya mau sendiri.” Atau lebih tepatnya, saya jenuh jika menjalin hubungan seperti ini. Kesepakatan kami buat dan ia agak kurang setuju awalnya. Lama kelamaan dari pada hubungan makin engga sehat, dia menuruti keinginan saya. lima bulan berlalu dan kami kembali seperti semula. Seperti orang baru jatuh cinta. Merayakan anniversary membuat kami semakin klop. Ya, saat itu sepertinya aku tidak perlu apapun lagi. Dia bisa berperan sebagai pacar, sahabat bahkan seorang kakak ataupun adik. Dia lebih dari yang aku bayangkan. Saya benar-benar tidak ingin kehilangan dia.
            Waktu terus berjalan dan awal November tahun 2011 kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan. Lagi-lagi putusnya pun simple, “Komunikasi tidak berjalan lancar” Ya sudahlah, mungkin sudah waktunya ‘selesai’ sampai disini. Aku tidak mempertanyakan dan dia bersikukuh.
Setahun kemudian aku menjalani hubungan dengan laki-laki lain. Akhir 2012, tepatnya. Tapi aku tidak merasa kami sedang menjalani hubungan. Jauh dari perkiraan ku. Semoga saja memang aku yang salah, tapi dari awal kami ‘jadian’ chemistry kami sangat kurang, terlebih lagi Ibu tdk menyukainya. Apalagi dia selalu bermasalah. Jadinya, aku agak sulit untuk mengakui dia sebagai mantanku. Tapi sudahlah, itu sudah berlalu. Lalu sekarang bagaimana? Masih sendiri atau sudah mempunyai kekasih?
            Jawabannya adalah tahap mencari artinya saya masih sendiri dan pertanyaan yang selalu terlintas dalam benak saya adalah, “KOK BETAH SENDIRI?” Bukan dalam konteks betah teman, tapi saya hanya belum menemukan yang sesuai dengan karakter saya. “Kamu pemilih ya?” Jawabannya tidak sama sekali. Saya mau melalui masa pendekatan dengan siapa saja. Mau dia kuliah atau sudah kerja. Dari latar belakang apapun saya tidak pernah menutup diri. Tapi satu yang saya tunggu-tunggu, kapan diantara mereka yang mendekati pny inisiatif mengajak saya untuk menjadi bagian dari hidupnya atau minimal mereka bilang “menyukai saya”.
            Pasti ada diantara teman-teman saya yang justru belum pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Maka, saya pun masih patut bersyukur. Karena, masih ada diantara mereka yang usianya hampir kepala 2 ini masih belum menjalani pacaran. Semua kembali kepada pribadi masing-masing. Tuhan mungkin belum mau menunjukan siapa yang terbaik untuk saya. Tapi dibalik itu semua, saya masih memiliki harapan kecil untuk hidup saya sendiri. Setidaknya, saya saat ini bebas seperti burung tapi bukan berarti saya tidak merindukan masa-masa ‘terikat’ dengan seorang laki-laki pilihan. Ada banyak hal yang ingin saya bagikan kepada laki-laki tersebut. Tentang apa hobby atau kegemaran saya, bagaimana menghabiskan waktu bersama dan siapa saya di dalam keluarga kecil yang hanya terdiri dari Ibu, Bapak dan saya.
            Semoga, suatu saat nanti, saya dapat bertemu seorang yang sama dengan saya. Kami gemar traveling, kami gemar berbagi ilmu, kami saling memiliki satu sama lain dan yang pastinya, kami baik di keluarga kami satu sama lainnya.
            “Kalau gitu, tunggu aja sampai nanti nikah.”
            Saya tersenyum saat pertanyaan itu terlintas. Saya ingin segera mengakhirinya dan menjalani hubungan serius dengan seseorang. Maka, saya berusaha untuk tidak berpaling kepada siapapun jika ada diantara mereka yang sudah berani mengambil keputusan untuk menjalani hubungan dengan saya.
            Semoga saja…

            Amin.

Komentar

Celoteh Paling Populer